Rabu, 06 Maret 2013

Novel Si Samin


Unsur ekstrinsik
Judul           : Si Samin
Penulis        : Mohammad Kasim
Penerbit              : Balai Pustaka
Tebal           : ½ cm
Halaman      : 133 halaman berilustrasi
Cetakan        : cetakan pertama – 1924
         cetakan ke sebelas – 2007
Beli di         : palasari toko ampera
Harga          : Rp 18.000
 Panjang              : 21 cm
Lebar           : 15 cm

Mohammad Kasim  


Penulis novel dan cerpen zaman Balai Pustaka. Lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 1886. Antara lain bersama Suman Hs., M. Kasim termasuk pelopor penulisan cerita pendek dalam jajaran sastra Indonesia baku. Ia semula mempunyai pekerjaan tetap sebagai guru sekolah dasar. Tahun 1922, mulai dikenal sebagai penulis melalui novelnya yang pertama terbitan Balai Pustaka, yakni Moeda Teroena. Pada tahun 1924 ia memenangkan sayembara menulis buku anak-anak. Karyanya kemudian diterbitkan dengan judul Pemandangan dalam Doenia Kanak-kanak (Si Samin). Ia juga dikenai sebagai penulis cerita pendek yang kemudian diterbitkan sebagai buku Teman Doedoek (1936).
Novel maupun cerpennya bercerita tentang penduduk perkampungan Sumatera dengan gaya sederhana
 
Unsur-unsur intrinsik
Di novel ini menceritakan tentang anak betawi yang bernama Samin, ia anak laki-laki yang mempunyai adik perempuan bernama Ramlah. Sikap Samin terhadap ramlah memang cukup menyayangi tetapi juga Samin kadang menjengkelkan atau membuat Ramlah menangis.
Samin juga mempunyai banyak teman, tetapi ia suka berkelahi dengan temannya sendiri karena hal-hal sepela yang membuat dia jengkel. Ia sering berkelahi di dekat tepian pasar yang situasinya cukup ramai, Samin memang banyak di pandang orang-orang anak yang nakal karena kelakuan dan sifatnya dia banyak orang merasa di rugikan dan dijengkelkan.
Ayahnya Samin memang baik, dia sabar dengan apa yang telah samin lakukan karena dia fikir memang itu perbuatan yang wajar karena Samin masih kecil, tetapi beda dengan penilaian Ibunya. Ibunya Samin lebih tegas dan bisa di bialng galak karena ibunya fikir perbuatan Samin itu sangat memalukan bagi keluarga dia.
Adapun temennya Samin yang bernama Zubir, dia terkenal dengan kesombongannya yang banyak membuat orang sakit hati karena perkataannya, Zuir memang kalo bicara seenaknya tidak pernah di saring dulu oleh karena itu Samin tidak menyukainya.
Yakubpun sama temannya Samin yang sangat penakut, dia sering berkelahi tetapi dia juga takut dengan lawannya. Dia pernah berkelahi dengan Samin dan hampir menewaskan samin, tetapi hal itu tidak terjadi ketika samin menggit Yakub dan cukup membuat dia kesal

Sinopsis
                 Samin itu anak yang curang dan serakah ketika ibunya membagi makanan kepada Samin dia pun segera memakannya dengan lahap, setelah habis makanan itu dia bertanya pada ibunya “mak jagung siapa itu di piring?” jawab ibunya “itu bagian adekmu lah kan sudah ku bagi kau makanan jangan kau ambil !!” setelah bertanya hendak adiknya Samin atau Ramlah pun bangun dan ibunya berkata “hey kau sudah bangun nak, sini ini emak hendak punya makanan buat kau ambillah” jawab ramlah “emmh ia mak Ramlah ambil, terima kasih mak” dan setelah Ramlah mengambil makanan itu dia langsung pergi keluar rumah untuk bermain dengan temannya.
                 Di tengah perjalanan Ramlah bertemu dengan Samin dan dia mengajak Ramlah untuk bermain, tetapi Ramlah malah menolak untuk bermain dengan Samin. Ketika Samin hendak mengajak untuk bermain anak-anakan Ramlah pun mau bermain dengannya dan Samin hendak meminta jagung punya Ramlah. Ketika Samin meminta Ramlah berkata “jangan kau gigit banyak-banyak ii punya ku” jawab Samin “ia..ia kau tenang saja” lalu Samin pun menggigit jagungnya dengan lahap nyam nyam digigitnya berulang.
                 Setelah itu datanglah ibunya dan berkata”uhh.. Samin kau memang anak yang serakah bagian adikmu pun kau makan!!” jawb Samin “maafkanlah mak memang enak makanan ini” “sudah sana kembali kau main” kata ibunya sambil menuntun Ramlah.
                 Disitu ada banyak teman-teman Samin yang menyaksikan bahwa samin serakah dan di marahi Ibunya, samin pun tidak hanya berdiri diam dia langsung mendatangi temannya yang mengolok-ngolok dia dan berkata “siapa bialang aku serakah hah?” temannya pun berdiri diam dan tunduk “ayo bicaralah!!” kata Samin sambil kelihatan marah, “saya” kata Yakub “apa maksud kau bicara gitu? Jangan mencari gara-gara lah kau”kata Samin “memang kau begitu kan?” jawab yakub. Samin yang disitu berdiam diri kemudian mengajak Yakub untuk berkelahi.
                 Sampai ditepian pasar, saminpun kemudian buka baju Yakub pun sama. Terjadinya perkelahian teman-teman banyak bersorak “ayo lawan lawan pukul dan habisi dia..!!” Samin pun mengeluarkan semua amarah yang tadi dengan mengeluarkan semua tenaga dia untuk menghabisi Yakub. Yakubpun sama dia ingin mengalahkan dan menghabisi Samin dengan sendiri, dia pukul samin hingga dia terjatuh dan terbaring kelelahan menahan ukulan dari Yakub.
                 Setelah Samin terbaring temannya menyorak “ayolah bangun bangun hajar balik sampai dia kalah ..” Saminpun terburu-buru bangun karena dia ingin menghabisi Yakub, setelah Samin melawan Yakub akhirnya Saminpun berfikir untuk menggigit dia karena dia sangat takut dengan gigitan. Dalam situasi yang lumayan tegang karena sudah banyak darah akhirnya Yakub merasa lelah.
                 Lalu Samin berteriak “dimana .. kugigit yakub ??” akhirnya Saminpun mengigit Yakub d bagian dadanya hingga berdarah, dan Yakubpun sudah merasa takut ingin dia pergi dari tepian pasar itu karena dia pikir memang dia yang salah sudah mengolok-ngolok Samin dengan perkataan yang memang membuat Samin tersinggung.
                




                                          

                 Saat Samin bermain dengan ramlah dan 10 orang temannya Samin bermain d tempat dekat rumah yang kosong yang katanya banyak hantunya. Samin ingin mencoba memasuki rumah itu dengan teman-teman adiknya tapi semua itu tidak mungkin karena teman-teman Ramlah penakut, kemudian Saminpun coba untuk membujuk teman-temannya Ramlah “ayolah dek banyak pula kita masuk hantupun takut dengan kita” kata samin. Lalu lahan perlahan semua masuk ke rumah yang berhantu itu.
                 Ketika mendekati pintu masuk sudah terdengar suara-suara yang aneh yang menakutkan semuanya. Ketika samin mencoba masuk di dalam tidak ada apa-apa rumah itu bersih dan dan banyak kain-kain yang menutupi perabotan rumah tersebut. “Ayolah sini tak mengapa kalian masuk!!” kata samin lalu semuanya masuk dan mencoba memasuki satu persatu kamar lalu terdengar teriak suara wanita Saminpun berteriak “ayo dek kita keluar” Samin dan teman-teman Ramlah berlari lalu kopiah samin terjatuh di dalam sana.
                 Semuanya keluar dan Ramlah berkata “kopiahmu ka mana kopiahmu?” “aaaanuu aduh tinggalkan di dalam !!” jawab samin. Ayo kita balik lagi “tak mau lah didalam hantu berliar” kata teman Ramlah.
                 Kemudian teman-teman Ramlah satu-satu berpulang karena takut dan meninggalkan Samin dan Ramlah. Ketika itu Saminpun berdiam dengan Ramlah di bawah pohon jambu dan Samin pun mengira jambu-jambu itu enak untuk di makan dan segar.
                   Tak lama kemudian Saminpun naik ke pohon tersebut untuk mengambil jambu dan menyuruh Ramlah untuk menangkapnya d bawah. “dek kau ambil-ambil jambu itu dan masuk wadahkan” kata samin “baik lah baik “ kata Ramlah
                 Setelah Samin naik dan segera mengambil jambu-jambu itu datanglah Samaun dan berteriak “hendaklah kau mengambil buah itu min” “apalah tak useh kau bicara maun” teriak Samin. Setelah samin mengambil dan menjatuhkan jambu itu yang lumayan banyak kemudian Samin turun dan bajunya tersangkut di pohon jambu itu dan kemudian datanglah ka Zubir dan bicara “makanya hendakkau ambil buah-buah milik orang itu” “baik lah ka, tapi hendak ku makan satu sajalah” seru samin kepada ka Zubir “hmmmh dasar kau bocah” bicara ka Zubir.
                 Kemudian saminpun turun dibantu oleh Samaun dan bajunya sobek, setelah pulang samin mengambil kopiahnya yang ketinggalan di dalam rumah itu. Setelah Samin mengambil dan masuk rumah itu tiba-tiba pintu nya menutup dan keluar kucing yang berwarna hitam dan mengeong-ngeong. Samin berteriak “Ramlah bantu lah pintu terkunci Ramlah” jawab Ramlah “bagaimana pula ku buka ini”
                 Berseru semua teman,ka Zubir,Samaun dan ibu Samin smua teriakan “Samin.. Saminn tak apakah kau disana minn!!” jawab Samin yang setengah mati ketakutan “tak apa disini seram dan menakutkan” lalu Samaun mencoba membuka dan mendobrak pintu rumah itu, tak lama kemudian pintu pun terbuka Saminpun selamat.
                 Kata ka Zubir “makanya hendaklah kau nakal Samin, ini semua karna ulahmu” “maafkan saya lah ka” teriak samin .







                 “mengapa kau tersenyum-senyum, min?” kata Samaun. “tidak boleh dikata-katakan, ya dik?” kata Samin sambil mengejap si Ramlah. “hemmm, yasudah kalau begitu .. ayo katakanlah!!” si Samaun merayu-rayu  “kami ,, me nyem ..” “belih ayam,” kata si Ramlah sambing menyambungkan kata abangnya “keduri, min?” kata si Samaun denan haran, bukan kata mak hendak menyongsong adik di Jumiah yang lahir semalam itu lahir laki-laki.
                 Setelah itu Saminpun segera makan dengan hati yang kurang sedap, berdrilah si Samin meninggalkan piringnya yang sudah kosong itu. Tak dapat ia memikirkan, apa sebab bapaknya tak pernah dilarang-larang ibunya maktu makan.”Baoak sampai-sampai empat piring menghabiskan nasi, dibalik itu jering lagi empat lima genggam. Kopi gula lagi semangkuk besar.
                 Akan tetapi pikiran yang tiada sedap itu, lekas juga terhibur oleh hati ayam yang tinggal sekeping dalam tangannya. Daging itu pun dikuntil-kutilkannya sampai habis dengan perut yang berkilat-ilat seperti labu, turunlah si samin mencari teman-temannya , sehari itu.
                









                 Si Samin sekarang memakai baju baru yang dibeli bapaknya, cita kuning yang beragikehitam-hitaman. Celananya kain dril yang berwarna biru dan kopiahnya berwarna kuning kebelang merah yang rupanya agak besar dikit.
                 Dengan pakaian yang baru itu si Samin berjalan pergi balik ke halaman rumahnya. Rupanya amat riang tetapi seperi kemalu-maluan sebab berpakaian yang segala baru itu. Bentar-bentar ia menoleh ke arah pintu seperti sedang menunggu-nunggu.
                 Ketika itu turun si Ramlah dari rumah. Bajunya merah, selendang biru rambutnya yang seikit disanggul besarnya kira-kira sebesar sentil perempuan makan sirih, geli kita melihat terpancang pada sanggul yang kecil itu.
                 Tidak lama kemudian turunlah Ibunya yang memakai bajuberwarna hitamn berselendang kuning, berkain pelekat poleng merah. Sanggulnya licin tergelincir lalat tentu tak berapa kurang dari setengah mangkuk minyak yang telah dituangkan ke sanggul yang licin itu. Bibinya merah bekas air sirih yang sedang dikunyah-kunyah.
                 Waktu akan naik ke rumah, si Saminpun memberikan ayamnya kepada ibunya. Kemudian pergilah ia mencampurkan diri kepada anak-anak yang banyak yang sedang memandang seekor kambing randuk besar yang tertambat pada sebatang pokok nyiur
                 “lamlah tidak mau jadi anak laja, Lamlah anak bapa dan anak mak,” jawab budak yang belum mengenal kemuliaan itu. “ala,bodoh si Malah ini, tidak mau jadi anak raja?” kata si Samin memcapuri percakapan itu. “anak raja senang sekali duitnya banyak hari-hari makan ayam”.
                 “kalau si Samin ini, ak lain dari pada memikirkan pengisi perut saja” kata mak Samin di balik dinding. “ya abang ini rakus benar , enak makan ayam saja seperti musang” kata ramlah.
                 Baru saja habis makan, si Samin pun pergi ridur. Pada sangkanya dengan jalan yang demikian malam itu anak lekaslah menjadi siang. Setelah puas balik kiri balik kanan sambil dimabuk angan-angan tertidurlah si Samin. Angan-angannya yang tadilekas juga berganti mimpi, dalam mimpinya ia melihat bahwa ia telah ada di tengah pekan. Sedang ia berjalan-jalan terpandanglah ia kepada sebuah pundi-pundi.
                 Pundi-pundi itu diambilnya dengan hati yang sangat riang, pergilah ia membeli durian dua buah. Waktu ia membelah durian itu, datang seorang polisi hendak menangkap dia kerena tertuduh mencuri uang. Ketika ia menerangkan kebenarannya serta undur hendak lari, supaya jangan sampai ditangkap oleh polisi itu ia pun terjaga dari tidurnya.
                 Alangkah sebalnya karena tak sempat makan durian itu dan alangkah putus harapnya, karena tidak benar mempunyai uang itu. Akan tetapi ia merasa mujur juga karena tak jadi ditangkap, yang mengalangi segala kemujurannya itu.
                 Keesokan hainya, waktu bertemu dengan si Samaun dia menceritakan mimpinya itu dengan penuh muka yang serius dan menyeritakan seperti layaknya nyata, kemudian Samaun tidak begi percaya dengan ceritanya karena Samin bilang dia di dalam mimpi membunuh hantu dan mendapatkan pundi-pundi yang berisi uang yang menyebabkan ditangkapnya dia dengan polisi .





                 Sembilan tahun kemudian, pada sebuah kantor degang pada tingkat yang kedua, dalam toko di Tanjungpagar, duduklah seorang anak muda kira-kira berumur 20 tahun menghadapi sebuah meja tuis. Di atasnya penuh dengan buku-buku dagang yang setelempap-setelempap tebalnya.
                 Meskipun ia seorang anak muda yang peramah dan suka bergurau senda, akan tetapi air mukanya kelihatan membayang bahwa ia selalu dalam percintaan.
                 Sekarang ia sedang asyik membuka surat-surat khabar melihat kolom-kolom perdagangan. Kebetulan pada ruang khabar berita ada suatu kalimat yang bunyinya “Penghabisan umur yang sangat menyedihkan”
                 Kalimat itu menarik hatinya, lalu ia membaca khabar itu. Tiba-tiba ia menangis tersedu-sedu menyebabkan kawan-kawan dikantor itu datang memdapatkan dia. Seorang diantaranya meraba bahunya sambil bertanya “Tuan Samin, ada apa?”
                 Anak muda itu hendak menyahut, akan tetapi tidak kuasa, karena lehernya seolah-olah tercekik. Tuan tadi mengerti, bahwa baiklah anak muda itu dibiarkan melepaskan tangisnya dahulu. Beberapa menit kemudian baru ia bertanya pula, “apa susah, tuan Samin?” “maaf saya uan” jawab anak muda itu. “saya tidak dapat menahan hati membaca khabar ini.”
                 Kira-kira 6 bulan saya di sana, bapak yang baik budi tempat saya menumpang itu pun meninggal. Saya pun mengembaralah membawa untung kemana-mana. Akhirnya bertemu dengan orang yang hendak pergi ke Deli. Di sana saya pun terpaksa bercerai dengan orang itu. Akan memcari sesuap nasi, saya lakukanlah bermacam-macam pekerjaan, kadang-kadang membasuh piring di warung nasi, kadang-kadang tukang mengangkat barang.

                 Seperti bulan baru, yang tiap-tiap malam makin besar dan makin terang cahayanya, de,ikianlah hanya perniagaan dan nama tuan Samin itu. Kelakuannya yang baik menyebabkan ia tidak kekurangan sahabat. Diantaranya sahabat yang banyak itu adalah orang yang terlebih akrab, yaitu seorang bangsa india yang duduk berniaga juga di singapura.
                 Kedua anak muda itu pun semupakat menyatukan perniagannya lalu mereka itu pndah ke Calcuta, nasibnya akan berbintang terang perniaganya makin menjadi keuntungannya seperti banjir datangnya.
                 Akhirnya orang muda itu menjadi kaya raya sebagai cita-citanya masa kecil. Sungguhpun ia sekaya itu, akan tetapi hatinya tiada berubah tiadalah ia lupa akan asalnya, sebab itu kekayaannya hanya sedikit juga yang dipakainya untuk dirinya sendiri. Kebanyakan ditabur-taburkan kesana kemari akan menolong orang yang miskin dan yatim piatu.
                 Apabila orang bertanya apa sebabnya ia pemurah itu, maka jawabnya “Uang ini diberikan Tuhan kepadaku, bukan untuk diriku sendiri. Halku adalah sebagai pengantar surat di kantor pos, akan menyampaikan segala kiriman. Uang itu adalah kiriman juga daripada Allah ta’ala untuk segala hambanya yang papa dan miskin.”

6 komentar:

  1. Sayang sekali tulisan di atas berbeda dg teks aslinya dalam logat Melayu/Minang (cetakan Ejaan Lama) sehingga kehilangan suasana aslinya. Siapakah yg masih memiliki teks aslinya? Mohon di scan dan di share

    BalasHapus
  2. Sayang sekali tulisan di atas berbeda dg teks aslinya dalam logat Melayu/Minang (cetakan Ejaan Lama) sehingga kehilangan suasana aslinya. Siapakah yg masih memiliki teks aslinya? Mohon di scan dan di share

    BalasHapus
  3. Dulu aq pernah baca,sayang bukunya entah kemana,seandianya di cetak ulang,aq pasti beli,buku yg bagus

    BalasHapus
  4. Sy punya dlu buku aslinya. Tapi ntah ke mana.anak2 yang masa kecilnya sangat2 bahagia

    BalasHapus
  5. jadi ingat masa SD .. hiks hiks aku baca berulang ulang di perpustakaan sekolah...

    BalasHapus
  6. Jaman normal masa nan bahagia berbagai buku anak banyak sekali. Pistol si Mancil, perang sumpitan, tara anak Tengger, wiro anak rimba

    BalasHapus